My Views on Feminism and Toxic Masculinity


Kali ini aku mau membicarakan sesuatu yang rada sensitif and probably some of you guys disagree with me, but please listen up kalau kamu muslim.

 

Mungkin sebagian dari kalian udah tau tentang gerakan feminisme, menurut Wikipedia, feminisme adalah gerakan sosial, politik, dan ideologi, yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial dan juga memerangi stereotip gender yang merendahkan wanita. Untuk diketahui, gerakan ini sangat baik adanya dan sangat menguntungkan bagi perempuan di seluruh dunia untuk melawan pelecehan seksual, memperjuangkan hak agar dapat melangsungkan kariernya, memperoleh hak politik dan sebagainya tanpa diskriminasi.

 

 Tapi, disini aku mau bersuara sebagai muslim, aku mau membicarakan hal ini dari kaca mata Islam yaa, if you still don’t get what I said you can  read my previous post

Sebagai muslim kita bebas-bebas aja untuk mendukung atau tidak medukung gerakan ini, aku sendiri cukup medukung gerakan ini, cuma cukup, bukan sangat mendukung, karena ada beberapa aspek yang didukung gerakan ini tapi masih abu-abu dan sebenarnya sangat bertentangan dengan agama Islam.

 Pertama, melegalkan aborsi. Menurut gerakan ini, wanita berhak membuang hal yang menjadi aib bagi mereka, padahal dalam Islam membunuh adalah haram (disini maksudnya yang aborsi karena zina ya, kalau aborsi karena pelecehan seksual aku belum tau banyak tentang hukumnya).

Kedua, menyetarakan kedudukan wanita dengan pria bahkan dalam hal peran dalam kehidupan, mereka menganggap wanita tidak butuh pria, wanita bisa menikah dengan wanita. I know it’s kinda extreme dan tentu gak semua penganut paham feminisme membenarkan yang satu ini. Tapi ini penting buat kita semua tau bahwa tidak semua aspek dalam gerakan ini bisa kita dukung sebagai umat muslim, karena tau kan kemana arahnya? Yep LGBTQ. Aku tau, mendukung feminisme bukan berarti mendukung LGBTQ, tapi ada pihak yang menggunakan gerakan ini untuk membenarkan LGBTQ karena ada nilai-nilai yang selaras.

 

Lalu, ada lagi yang beberapa waktu lalu ramai di TikTok (no doubt, I’m only a common growing up girl who plays TikTok) yaitu, toxic masculinity, banyak orang yang membuat video tentang menolak adanya budaya atau pandangan tentang maskulinitas yang toxic. Menurut mereka laki-laki tidak seharusnya dituntut untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah; I agree. Laki-laki boleh menangis; I agree. Laki-laki tidak seharusnya dituntut untuk menjadi jantan dan kuat setiap saat, laki-laki boleh lemah; I agree. Laki-laki boleh menggunakan cat kuku dan boleh mengenakan pakaian perempuan; wait what? (Sekali lagi aku menekankan bahwa aku sedang membicarakan hal ini dari kaca mata Islam ya) terdengar biasa aja? Mari aku bantu kamu buat menyadarkan diri bahwa ini sudah gone wrong. For make it clear, mari kita pisahkan antara “lemah” dan “wanita”.

Buat laki-laki, being weak is your right, but dressing up like a girl? Boleh menjadi lemah dan berperasaan bukan berarti bisa berpakaian seperti perempuan dan melawan kodrat. Nah ini dia, lagi-lagi ada gerakan yang dasar idenya baik tapi malah dipakai untuk memayungi dan melindungi kelompok LGBTQ.

Okay, tentu saja aku gak tau bagaimana keadaannya menjadi seorang LGBTQ, dan bukannya aku enggak mau peduli gimana mereka, I did, tapi ada batasan dalam agama kita, jadi dengan membiarkan mereka memilih jalan hidup mereka menurutku sudah cukup, tidak perlu dibela.

 

So if you got what I said, mendukung gerakan-gerakan seperti diatas perlu banget pengetahuan tentang apa tujuan gerakan itu, apa aja hal yang gak sesuai dengan agama kita. Jangan sampai kita mempertaruhkan aqidah kita untuk hal-hal yang kita belum paham betul. Setuju gak?

Share:

0 komentar