Ketika Kita Tidak Cantik




Apakah kamu pernah merasa insecure tentang fisikmu? Selalu merasa kurang, dan kalau melihat orang  lain pasti befikir “kok bisa ya dia cakep banget?” kalau iya, berarti kita sama.

Ya, aku sering sekali merasakan insecurity. Tiap kali bercermin, aku memandang wajahku dan mencari bagian mana sih yang menarik? Tidak ada. Tiap kali memandang tubuhku, aku sering kasihan sendiri, karena aku kulitku gelap, kurus, banyak bekas luka oprasi, banyak stretch mark and all the stuffs I can’t mention one by one. Ditambah lagi perkembangan elektronik zaman sekarang membuat kita bebas melihat banyak hal, termasuk orang-orang dengan beauty standard goals diluar sana yang rajin upload tampang dan tubuh mereka yang mulus tanpa cela dan dosa.

 Semua hal itu ternyata membuatku jadi termotivasi untuk jadi seperti mereka dan ingin segera membuang jauh-jauh bentukanku yang seperti ini. Aku ingin beli skin care, aku ingin olah raga agar badanku bagus, aku ingin beli baju yang mahal, pokoknya nanti kalau uangku sudah cukup semuanya akan kubelanjakan untuk itu.


  • Tapi sayangnya teman-teman, insecurity ternyata tidak cuma membuatku termotivasi, tapi lebih banyak hal buruknya. Yang paling sering muncul adalah rasa tidak percaya diri. Aku jarang post foto wajahku di instagram, aku malas bertemu saudara-saudara ketika lebaran karena mereka semua jauh lebih cantik dari aku, aku bahkan kadang tidak percaya diri ketika jalan sendiri di tempat ramai. Semua itu karena apa? Jawabannya Cuma satu; karena aku merasa sejelek ini. Terkadang rasa insecure ini bisa sangat mengintimidasi. Dan bagian terburuknya yang justru sering aku lupakan adalah; aku lupa bersyukur. Aku lupa bahwa aku diberi tubuh yang lengkap untuk beribadah. Aku lupa bahwa aku sudah sempurna and I’m enough.

Maka lambat laun aku jadi berfikir “memangnya kenapa jika aku tak cantik seperti mereka?” apa aku akan berhenti hidup normal? Apa aku jadi tidak punya teman? Nyatanya semua baik-baik saja.
Apakah se worth it itu nilai sebuah kecantikan sampai kita mengorbankan segala hal?. Jawabannya; tidak. Tentu saja kita tidak bisa melawan hukum alam  yang memperhitungkan tampang. Tapi pernahkah terpikir oleh kita, bahwa kita menjadi lebih cantik ketika kita berbagi, ketika kita menolong orang tua. Kita jadi lebih cantik ketika kita ikhlas membantu teman. Semua itu cukup membuat jiwa kita menjadi sangat cantik.

Sisanya? Jangan lupa, masih banyak hal yang lebih patut kita perjuangkan selain memoles paras. Masih ada cita-cita kita yang begitu tinggi sehingga tak dapat kita capai tanpa kegigihan. Masih ada segudang bakat yang menunggu untuk kita asah.

Maka ketika kita tidak cantik di wajah, tak masalah. Masih banyak definisi cantik yang jauh lebih bernilai, yaitu ketika hati kita baik, ketika kita pintar di bidang kita masing-masing, ketika kita menemukan bakat, dan yang paling cantik adalah ketika kita pandai bersyukur dengan keadaan kita.

Apa setelah semua itu lalu rasa insecure hilang? Aku tidak bilang demikian, karena insecure tidak akan habis dibicarakan. Tergantung seperti apa kita memaknainya. Apabila itu mendorong kita kepada hal positif, maka tidak masalah. Tapi ingat satu hal; jangan pernah biarkan rasa insecure mengurangi percaya diri kita untuk meraih cita-cita dan melakukan segudang hal hebat lainnya.

Merci beaucoup.

Share:

1 komentar

  1. Sejalur:( but i'm fine. Suatu saat bisa cantik maybe😂

    BalasHapus