Aku mengklaim diriku anak indie, tapi entah kenapa, sekarang yang namanya indie sering disempitkan artinya sebagai aliran musik dan hal-hal yang semacamnya. Padahal indie artinya independent atau merdeka dan banyak orang yang enggak tau akan hal ini. Aku sendiri malah enggak terlalu suka aliran musik indie.
Dan aku menganggap diriku anak indie
karena aku merasa aku beda dan aku merdeka atas pilihanku sendiri. Dan ketika
aku mengklaim diriku anak indie, aku merasa itu adalah penemuan hebatku. Ada
sebuah perasaan bangga ketika aku punya pilihan yang beda dari orang lain, ada
perasaan bangga ketika aku berani bilang enggak suka pada suatu hal yang
umumnya orang bilang keren. Misal, sebagian besar orang bilang naik gunung itu keren dan semua anak indie wajib suka naik gunung. Tapi aku pd aja bilang ga terlalu suka naik gunung, soalnya badanku kecil bgt rapuh tak berdaya dan kurang olah raga. Make sense?
Dulu pas aku masi sd, ada acara
ramadhan di desa, nah karena masjid disana kecil jadi kita yang cewe sholat di
ruangan samping masjid, waktu itu aku telat dan aku nyari yang mana imamnya, oh
ternyata yg paling depan tengah, eh tiba-tiba yang paling ujung gerakannya
duluan, dan anehnya gaada suara orang takbir, ini sebenernya solat bejamaah gak
sih, terus aku tanya sama temen yang juga telat, “ini imamnya mana sih” dia
bilang “udah ikut aja” dan tau? Dari sekian banyak orang yang lagi sholat
berjamaah, aku sholat munfarid >\\< alesannya simple ‘karena aku gamau
ikut ikutan hal yang meragukan’ rada bego karena akhirnya ternyata imamnya di
masjid dan ga pake mic makanya suaranya ga kedengeran. But at leats justru
sekarang aku bangga karena aku udah punya pemikiran anti taklid buta sejak dini
(asiiqq)
Nah sekarang, kalo ada pertanyaan :
milih mana 1. Jalan sendirian di jalan yang bener atau 2. Jalan bareng bareng
temen di jalan yang salah. Kalau untuk masalah yang ringan mungkin milih opsi
kedua gak jadi masalah, tapi kalau sudah berkaitan dengan pilihan hidup yang
besar, milih opsi kedua bakal sangat menyesatkan. Ini bukan pertanyaan klise,
karena nyatanya banyak orang atau lebih tepatnya pemuda yang kurang teredukasi milih
opsi kedua yaitu jalan bareng bareng di jalan yang salah. Ini gak beda jauh
sama motto hidup let it flow. Guys, hidup gak bisa let it flow, kecuali kamu punya
harta kekayaan yang gak habis 7 turunan dan hidup tinggal ongkang-ongkang kaki.
Salah satu contohnya adalah guru bahasa inggrisku sendiri. Beliau cerita bahwa
dulu ketika di SMK beliau asal aja ikut temennya masuk jurusan otomotif,
padahal beliau gak suka otomotif, dan akhirnya beliau memilih jadi guru bahasa
inggris, kurang tau juga gimana tapi jadi guru bahasa inggris juga bukan
passion beliau. Itu sebuah bukti nyata guys, yang awalnya kita emang
enjoy-enjoy aja ikut-ikutan, asik karena banyak temen, akhirnya pas kerja kita
jadi sendiri berteman kegagalan yang diawali dengan keputusan yang gak tau
dasarnya apa. Let it flow katanya.
Terlepas dari indie, haha, menurutku
penting sekali bagi otak kamu buat mikir dari hal hal kecil, buat
mempertimbangkan sesuatu dan jangan cuma ikut-ikutan. Gak cuma buat nentuin
keputusan besar dalam hidupmu, tapi juga keputusan semisal dalam case ketika
banyak netizen di sosmed membully kekey, me report Reemar komentar aneh-aneh di
instagram Prince Mateen disitu kamu disuruh mikir ‘aku mau ikut mereka engga
ya? Kalo iya untungnya apa?’ gitu guys, hopefully u understand what I sayL dan semoga ada kebaikan
yang bisa diambil. Tysm